my favorite quote

[I] am [L]ucky t[o] ha[ve] a friend like [you] #DRT

Rabu, 18 Mei 2011

He Still An Idol [Part 6] Fanfict Indonesian

Title : He Still An Idol Part 6

Author : eirafalls

Genre : Romance, Comedy

Rated : PG-13

Status : On-going

Cast : - Lee Jin Ki (Onew) SHINee

- Park Je Seo

- Kim Jong Hyun, Kim Ki Bum, Choi MinHo, Lee Taemin SHINee

- Cho Jin Ho (Jino) SM The Ballad

- F(x)

New Casts:

- Kim He Xu, teman sekelas Je Seo. (15 tahun) Fans JongHyun, galak, tapi siap membela Je Seo di saat ia memerlukannya.

- Park Jin I (Jinny Park) a.k.a dubusangtae (19 tahun) Gadis blasteran Jepang-Korea. Gitaris ZINC sebuah group band terkenal di Korea. Ia pernah berduet dengan Onew, sejak itu ia menjadi akrab dengan Onew dan secara tak langsung menaruh hati padanya.

- Kim Sujin (Emily Ludwig) a.k.a Chinchi/reginata (20 tahun) Gadis berdarah inggris, ia adalah teman dekat Key. Sujin juga menjadi teman kepercayaan Onew yang membuat media salah menyangka ia memiliki hubungan dengan Onew. Teman Je Seo dalam suatu fanbase forum SHINee.

- Lee Seung Ryo / Bryan Lee a.k.a (Aiko_247) Namja berumur 17 tahun. Blasteran Korea Amrik. Ia adalah adik dari f(x) Victoria, sering menjahati Je Seo hanya karena moodnya yang jelek.

Taemin : “Hyung, fans-fans kita sangat bersemangat ya, aku lupa kalau kita sudah hampir sebulan menjadi idol.”

Onew : “Aku.. juga sudah lupa. Fans-fans kita menjadi suatu bagian dari diri kita. SHINee World.”

JongHyun : “Hyung, lihat.. suatu hari nanti di antara fans-fans yang berdiri di depan kita, aku yakin salah satunya jodoh kita.”

MinHo : “Sebenarnya aku lebih suka kalau jodohku nanti adalah artis.”

JongHyun : “Berhenti merusak suasana MinHo! Menurutmu bagaimana hyung?”

Onew : “... Iya, aku percaya.”

Onew’s POV

Iya, seketika bayangan pembicaraan kami terlintas di pikiranku kembali. Aku masih dalam posisi duduk di tanah, otakku masih berpikir sepuluh kali. Apa yang harus aku katakan?

“Je..Je Seo-ssi?”, aku berusaha meyakinkan bibirku untuk tersenyum.

“Apa kabar?”

Je Seo semakin kaget, ia menatapku dengan tatapan tidak percaya.

Ya, aku juga bodoh dengan menanyakan apa kabar.

Di luar dugaan, yeoja satu itu akhirnya membuka mulutnya juga.

“A..annyeong?”

Aku tersenyum, aku bangun dan membantunya untuk bangun juga.

“Annyeong haseo. Jadi.. kita bertemu lagi, ya?”

“HAAHH!”

Saat kami menoleh, teriakan tadi ternyata berasal dari Taemin, yang menjatuhkan kedua es krim di tangannya. Aduh, kan sayang.

“Taemin~ah!”

“Hyung! Dan.. ah Je Seo-ssi! Lama sekali aku mencarimu!”, Taemin tiba-tiba nyerocos dan melupakan hyungnya yang malang yang didorongnya secara tidak sengaja.

“Aiguu.. Taemin-oppa, iya senang juga bertemu oppa lagi. K..kok kalian disini?”

“Kami sedang mau makan es.. AHH ES KRIMKU!”

“Anu Taemin..”

“Hyung! Ya ampun mian!”

Baru sadar sekarang? Awas kamu nanti Taemin.

“Je Seo! Hyung senang sekali bisa bertemu denganmu! Kenapa kamu kabur tempo hari?”

TAEMIN!

“A.. mian.. aku terlalu gugup, tanpa sadar langsung lari..”

Gugup? Oh bagus, dia masih fansku.

“Hyung sampe stress loh nyarinya!”

“TAEMIN!”, teriakku, tidak tahan lagi menahan maluku.

“Eh mian hyung, kebablasan.”

“Aku.. hanya khawatir karena kau kemarin pergi.. dan ..”, aku berusaha menjelaskannya, walau mulutku benar-benar sudah gagap.

“Dan?”, tanyanya, membuatku makin gagap.

“JE SEO!”

“OPPA!”

Aku dan Je Seo menoleh berbarengan, ada yang memanggil nama kami di saat yang sama.

“Je Seo! Kamu kemana sa… saa.. shaini!!”

Yeoja itu kaget, umurnya mungkin seumuran Je Seo, Taemin cepat-cepat menutup mulutnya, sebelum kami habis dihajar massa.

“Oppa!”, satu orang lagi, Luna, baru saja memanggilku. Ia memakai jaket berhoodie untuk menyamarkan wajahnya.

“Ssst! Jangan keras-keras!”, Taemin memperingatkan. Yeoja itu mengangguk pelan. Je Seo langsung berlari menghampirinya.

“Ah, ini temanku, He Xu, jangan khawatir.”

“O..oppa, kalian asli? Omonaa… boleh tanda tangani bukuku, Taemin-oppa?”, yeoja bernama He Xu itu langsung meminta tanda tangan Taemin.

Luna menatapku heran.

“Wae?”

“Oppa jarang banget jalan-jalan di tempat ramai begini.”

Aku menggelengkan kepalaku. “Diajak Taemin, kok.”

“Bukannya oppa mau ketemu yeoja yang kemarin, ya?”

“Da.. da..darimana kamu bisa.. menduga..”

“Tuh kan!”

Luna mengacungkan jarinya ke depan wajahku. “Oppa! Kamu udah mulai bohong sama aku!”

“Kamu kan tahu itu DILARANG!”

“Tapi, Luna..”

“Untung yang tahu aku, aku ga akan bilang apa apa ke Manager.”, Luna mendengus.

“Ah, Onew-oppa, Luna-unnie..”

Aku refleks langsung menoleh, kepalaku bertabrakan dengan kepala Luna.

“Aigu! Iya?”

“Kami pulang dulu ya.”, He Xu merangkul Je Seo bersamanya. Aku cepat-cepat menghentikan mereka.

“Tu..tunggu!”

Je Seo nampak kaget karena aku tiba-tiba memegang tangannya.

“Wa..Wae oppa?”

“I..ini.”

Aku segera merogoh sakuku dan menyerahkan sebuah lightstick yang agak retak padanya. Ia itu bukan sembarang lightstick.

Ia nampak kaget ketika aku mengeluarkannya.

“Oppa, lightstick ini..”

“Iya, buatmu, jaga baik-baik ya.”

Aku tersenyum padanya, ia tersenyum balik, menggenggam lightstick itu erat-erat lalu melambaikan tangannya padaku.

Aku hanya bisa memperhatikan punggung yeoja itu yang semakin menjauh. Apakah ini sudah yang terakhir?

“Hyung, kenapa.. kenapa kamu biarin dia pergi!”

“Biarkan saja Taemin.”, aku tersenyum, berusaha menahan perasaanku yang campur aduk.

“Ingat kata Luna? Artis SM tidak boleh berhubungan dengan fans secara langsung.”

Luna mengangguk membenarkan ucapanku.

Je Seo’s POV

Jantungku benar-benar tidak mau berhenti berdetak lebih cepat dari jarum jam. Omo.. dia masih ingat akan lightstick ini?

Syukurlah..

“Je Seo? Itu lightstick yang kamu lempar itu?”

“Iya.. dan mulai sekarang akan menjadi hartaku yang paling berharga.”, aku memegang erat-erat lightstick itu.

“Ya ampun, Je Seo. Aku senang sih dapat tanda tangan SHINee, tapi.. ya, kenapa kamu ga.. minta foto.. atau..”

Aku merapatkan bibirku. “Err, aku tidak mau mengganggunya.”

He Xu hanya bisa bermuka pasrah dan merangkulku. “Duh kamu tuh naïf banget Je Seo. Tapi.. ya kalau emang itu yang terbaik buatmu. Aku dukung! Besok kita belanja lagi yuk!”

Aku membalas senyumnya. “Iya, kapan-kapan ya. Besok aku ada janji.”

Ya, He Xu selalu membuat perasaanku lebih baik. Ya, untuk sekarang..

Aku belum bisa memberi tahu He Xu kalau aku sudah janji dengan Jino-oppa.

JongHyun’s POV

OMO!

Aku tertawa sampai aku terjungkal dari bangkuku di studio.

Jino masih menatapku heran.

“Hyung! Hyung! Aduh malu-maluin sumpah, hyung, bangun!”

Aku berusaha mengerem tawaku yang sudah tidak terkontrol lagi. “Huh.. huh.. kamu itu benar-benar deh Jino! Pintar banget ngajak yeoja pergi! Yeoja sekarang sukanya tipe namja pemalu ya!”

Jino langsung berwajah merah setelah mendengar komentarku.

“Ah, hyung, kami kan cuma janjian ngobrol, omona..”

“TAPI! Woah, kalau Onew-hyung tahu.. woaah..”

“Hyung berlebihan banget deh.”

Aku berusaha menghentikan tawaku sebelum aku benar-benar menghancurkan image-ku sebagai idol.

“Nah, Jino, Jino, nanti aku ikut ya? Boleh ya?”

“MWO? Hy..Hyung.. a.. aku tap.. tapi aku?”

Wajah Jino mulai memerah, aku langsung mencubit pipinya.

“Ya, Jino?”

“Hee? H..Hoeh.. Lepasin hyung! S.sakit!”

“Eh, mianhae Jino, kau ga apa apa?”, aku segera melepaskan cubitanku dari pipinya.

Onew’s POV

Aku pulang dengan keadaan badan hampir terpisah dengan kepala. Bukan karena hari ini aku punya banyak kerjaan yang bikin kepala mau lepas. ( ya itu juga salah satu alasanku ).

Tapi karena kejadian kemarin sore.

“ONEW-HYUNG!”

Saat dikagetkan aku langsung jatuh dengan wajah lebih dulu. Si pelaku shok.

“Onew-hyung! Onew-hyung bertahanlah, kau nggak apa apa?”

“Jo..Jonghyun, jangan kageti aku begitu dong.. aiguu..”

“Mianhae, eh aku dengar Onew-hyung habis ditolak nih ya?”, JongHyun merangkulku.

“Err, ditolak?”

“Sama yeoja yang di konser itu loh!”

“JOONGHYUN!”, aku segera menutup mulutnya. JongHyun kaget, bukannya bersikap wajar malah tanganku digigit.

“AUW! Gila kamu!”

“Hyung yang gila! Kaget nih aku. Tapi bener ya?”

“I.. iya, kayaknya sih gitu.”

JongHyun tampak kaget dengan jawabanku, ia mulai garuk-garuk kepala, berputar-putar dan di tempat dan menggigit jarinya.

Dia butuh psikiater.

“Hyung, anu.. begini, sebenarnya kemarin, kemarin Jino.. JeSeo-ssi..”

“Jino kenapa Jong?”, perasaanku mulai tidak enak.

“Kemarin aku dan Jino siaran di radio bersama-sama, dan Jino..”

“Ya?”, jantungku degup-degup.

“Jino mengeluarkan handphonenya..”

“YA?!”, jantungku mulai pindah dari tempatnya.

“Dia menekan tombol..”

“Bertele-tele kamu! Dia ngapain?”, tanpa sadar aku jadi galak.

“AH DIA MENGAJAK JESEO-SSI MAKAN SIANG!”

JongHyun sepertinya benar-benar kaget.

“..MWO?”

Tanpa aku sadari, Taemin sedang berdiri di luar pintu, memandangi kami.

“Hy..Hyung.. jangan bertengkar..”

“ANDWAE! Gak kok Taemin!”

Jino’s POV

Aku juga sebenarnya tidak tahu apa yang sedang aku lakukan. Apa benar aku sekarang berdiri disini karena perintah JongHyun-hyung?

Ah tidak, tidak juga.

“Jino-oppa!”

“Ah!”

Aku segera menoleh ke arah suara yeoja itu. Oke Jino, ini bukan kencan.

“Sudah menunggu lama?”

“Lumayan.”, jawabku asal-asalan.

“Heeh?”, ia tampak kaget, mulutnya langsung monyong ketika aku berkata begitu.

Aku langsung tertawa kecil. “Hahaha, nggak kok bohong. Jadi kita mau kemana sekarang?”

“Loh, oppa kan yang mengajak aku kesini.”

Aku tiba-tiba teringat. “Oh iya. Mian Je Seo. Aku tahu kita harus kemana.”

Aku menggandeng tangannya, kami berlalu dari pusat ke kota Seoul ke sebuah jalanan yang di kiri-kanannya terdapat pohon-pohon tinggi.

Beberapa tupai meloncat dari pepohonan. Akan lebih indah kalau saat ini sedang musim semi.

“Jino-oppa! Kita mau kemana?”

“Kesini!”

Aku berhenti di depan sebuah danau jernih. Beberapa itik berenang kesana-kemari.

Ia tampak kaget saat aku membawanya kesana.

“Whoah! Bagus banget! Aku nggak tahu kalau tempat seindah ini di Seoul!”

Di luar dugaanku, yeoja satu ini langsung melepas sepatunya dan meloncat turun kearah pinggir danau. OMO! Itu kan bahaya!

“JESEO!”

Je Seo terjatuh tepat sebelum ia tercebur ke danau.

“Fiuh..”, aku menghembuskan nafas, aku pelan-pelan turun ke arahnya.

“Kamu itu monyet ya! Aku khawatir!”

Je Seo tersenyum padaku. “Hahaha! Tidak apa apa, aku sudah biasa. Mian, oppa!”

Aku tersenyum balik padanya.

Bagaimana bisa hatiku luluh dengan yeoja yang bersikap seperti monyet lepas begini?

Aku biasanya memiliki kriteria wanita ideal yang sangat tinggi.

Oh iya,

Onew-hyung.

Apa ia juga menyukainya? Kalau iya, apa yang harus aku lakukan?

“Jino-oppa!”

“Hm?”, lamunanku langsung buyar ketika aku melihat Je Seo dikerumuni sekumpulan itik.

“OMO! Itik-itik! Menyingkir darinya!”

“Jino-oppa! Jangan! Mereka baik lihat!”, Je Seo mendekatkan seekor anak itik ke wajahku.

Aku berkedip satu kali. Berharap itik itu tidak mematuk wajahku. Aku baru di make up tadi pagi.

“Lihat! Bukankah dia lucu? Aku sudah lama tidak melihat itik. Jino-oppa, kamsahamnida.”

Senyum itu.

Mungkin itu alasan aku membawanya kesini.

Tidak mungkin..

Aku.. aku menyukainya? Secepat ini?

“Oppa? Jangan pegang itiknya seperti itu.”

*BRWEKK!

Itik itu tepat meludahi mukaku dengan air danau.

Momen yang bagus untuk merusak suasana.

Onew’s POV

“Onew-hyung! Hati-hati! Tunggu!”

Aku tidak mengindahkan JongHyun dan Taemin yang mengejarku setengah hidup. Aku tidak pernah berlari sekencang ini sebelumnya. Mataku celingak celinguk memperhatikan satu satu café di seluruh penjuru jalan Seoul District.

Tidak ada.

Tidak ada dimanapun.

JongHyun menangkap lenganku. Ia menggelengkan kepalanya.

“Hyung, sebenarnya apa yang sedang kau lakukan?”

“Aku..”

JongHyun mengangkat tangan kanannya. Ia mengambil nafas kemudian menatap wajahku.

“Ya?”

“...Sebenarnya aku.. Ji..jino..”, aku tidak bisa mengontrol mulutku dengan baik. Taemin dan JongHyun yang tampak mengerti maksudku mengangguk.

“WUAH!”

Mata kami bertiga langsung terarah ke arah suara tersebut. Pantas ia tidak terlihat asing. Kim He Xu, teman Je Seo berdiri di depan kami.

“He..He Xu-ssi!”

“Ya, ampun. Kenapa kalian ada disini? Bahaya sekali kan?”, He Xu sepertinya sangat kaget, ia hampir menjatuhkan buku-bukunya.

“He Xu-ssi, sebenarnya kami sedang mencari Je Seo-ssi.”, jawabku memberanikan diri.

“Mworago? Aku juga tidak bertemu Je Seo hari ini, kemana ya kira-kira dia?”, jawab He Xu singkat.

Serentak aku memandang kedua dongsaengku dengan mulut terbuka. “Apa yang harus aku lakukan dongsaeng-dongsaengku?”

JongHyun menghela nafas. “Pulang, tidur, jangan pernah bangun lagi.”

“ANDWAEYO!”

He Xu tampak gugup saat ia melihat JongHyun. Aku langsung bisa tahu kalau dia fansnya.

“Err, aku pamit dulu ya, kalau aku dapat kabar tentangnya aku akan memberi tahukan pada kalian.”

“He Xu-ssi, gomawo!”, Taemin tersenyum manis. Pernahkan aku bilang padanya jangan menunjukkan aegyo pada orang asing?

“Iya, gomawo He Xu-ssi, kurasa sekarang sudah saatnya hyungku ini menyerah.”, lanjut JongHyun.

“Tidak mau!”, jawabku. Aku memang keras kepala, tapi kalau menyerah sekarang mungkin aku tidak akan bertemu dia lagi.

Apa salahnya keras kepala sekarang?

“Ah tidak apa apa, justru aku khawatir karena aku tidak memban..”

“Kamu memang tidak membantu sama sekali.”, JongHyun memotong perkataan He Xu.

He Xu kaget, ia menatap JongHyun dalam-dalam. “… apa yang barusan kau katakan?”

Aku mencium bau perang dunia kedua.

“Aku bilang kau tidak membantu. Benar kan? Aku hanya mencoba berkata jujur.”

“Begitukah caramu menjawab seorang yeoja?”, He Xu membalas balik. “Hh, aku baru tahu kau namja seperti itu Kim Jong Hyun-ssi.”

Aku dapat melihat kerutan di wajah JongHyun, Taemin, mengambil timing yang tepat, langsung menahan JongHyun. Syukurlah.

“Oh, ya, Oppa. Aku sempat dengar dari Je Seo tentang kolam itik di ujung distrik Myeondong. Coba kesana.”, He Xu menoleh ke arahku. “Semoga berhasil.”

“Kamsahamnida He Xu-ssi!”, mataku berbinar, aku segera mengisyaratkan dongsaeng-dongsaengku untuk pergi.

Sementara He Xu dan JongHyun berpandangan dingin. Asal kalian tahu, sorot mata marah yang mirip begitu, ada dua? Seram.

JongHyun’s POV

Apa-apaan yeoja itu?

Baru saja dia mengenal Kim Jong Hyun yang berkarisma ini dia berani memandangku dengan tatapan mata itu? Bahkan aku yakin dia jauh lebih muda dariku.

“JongHyun-hyung udah ah! Kok berantemnya kayak anak kecil!”, Taemin menyeretku pergi.

“Hey, Taeminnie, siapa nama yeoja tadi?”

“Err, Kim He Xu-ssi.”

“Ohh..”,, mataku menyipit. Lihat saja, suatu hari saat bertemu lagi, dia akan menyesal pernah bermata seperti itu di depanku.

Kami berlari menyusul Onew-hyung yang kecepatannya bertambah 100x sejak pertandingan awal tahun. Kami berhenti di depan sebuah kolam yang besar.

Itik-itik berenang ke pinggir kolam.

Kolam itu sepi, jarang sekali ada orang yang kesana sepertinya.

Kecuali dua sosok orang yang kami kenal.

Sosok Jino dan Je Seo yang sedang bermain di pinggir kolam.

Selama sesaat hatiku bimbang, antara rasa kasihan terhadap Onew-hyung, tapi aku juga sangat menghormati perasaan mereka berdua.

Tobecontinued

Tidak ada komentar:

Posting Komentar